1. Pengkol
3. Geger
4. Wungurejo
5. Gagan
6. Glompong
7. Kebonjero
8. Pagutan
9. Karangsari
10. Dok Ploso
Asal-Usul Kebonjero
Secara
arti bahasa "KEBO"berarti kerbau & "JERO"berarti dalam.Dahulu kala
di desa ini ada seekor kerbau yang terjungkal masuk ke dalam sebuah
sumur yang sangat dalam & tidak ada airnya. Namun setelah kerbau
tersebut masuk ke dalam sumur tadi tiba-tiba dari dalam sumur tersebut
keluarlah airnya & masyarakat di desa ini percaya bahwa kerbau
inilah yang menolong mereka dari kekeringan karena musim kemarau yang
amat sangat berkepanjangan. Dan dari situlah muncul nama KEBONJERO.
KEBONJERO
memiliki panorama alam yang menakjubkan indahnya, apalagi kalau desa
ini dilihat dari puncak bukit nantinya akan nampak pemandangan yang
sangat menakjubkan.
KEBONJERO
terletak di kaki gunung keruk yang terdapat di kecamatan Nglipar.Bahkan
sejarah desa ini juga tersedia dalam beberapa versi yang penjabarannya
juga berbeda-beda.
Pada zaman dahulu kala Kebonjero itu
merupakan hutan yang lebat. Banyak pohon yang umurnya sudah ratusan
tahun. Hutan tersebut digunakan oleh masyarakat sekitar untuk
mengembalakan kerbau. Karena di hutan tersebut terdapat banyak sekali
tumbuhan yang bisa digunakan sebagai makanan untuk kerbau mereka. Selain
ada banyak tumbuh-tumbuhan, disana juga terdapat beberapa sumber mata
air yang besar yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk memberi minum
kerbau yantg sedang mereka gembalakan.
Disaat orang-orang sedang sibuk mengembalakan hewan ternak mereka, datang seorang pria setengah baya,ia adalah Demang Joyo Sentiko.
Pada
awalnya semua masyarakat menerima kedatangan beliau dengan baik hati,
karena Demang Joyo Sentiko banyak memberi petuah-petuah kepada
masyarakat. Salah satu pituahnya ialah pituah untuk
mengembangkankehidupan ekonomi masyarakat yang pada saat itu masyarakat
hanya tahu cara mengembalakan kerbau mereka. Karena pada waktu itu telah
ditemukan beberapa sumber mata air yang dinilai dapat menciptakan
ekonomi warga.Maka Demang Joyo Sentiko langsung memerintahkan masyarakat
untuk babat alas atau membuka lahan baru di hutan lebat tersebut. Lahan
yang nantinya akan digunakan untuk lahan bercocok tanam.
Tapi
ternyata setelah babat alas selesai, tidak semua lahan dapat digunakan
untuk tempat bercocok tanam.Karena ada beberapa lahan yang daerahnya
hanya daerah bebatuan(telataran).Maka pada tahun 1912,lahan yang tidak dapat digunakan untuk lahan bercocok tanam disebut dengan Dusun Karang,
dan lahan yang dapat digunakan untuk tempat bercocok tanam dan yang
tadinya hanya untuk tempat mengembalakan kerbau disebut dengan Dusun Bonjero.
Akhirnya pada tahun 1925, karena
masyarakat Dusun Karang dan Dusun Bonjero hidup rukun, damai, dan
bersatu, maka kedua daerah tersebut dijadikan satu yang sampai sekarang
diberi nama Dusun Kebonjero.
Setelah
itu, lahan yang tidak dapat digunakan sebagai lahan bercocok tanam
digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat sekitar, sedangkan lahan
yang subur digunakan sebagai lahan bercocok tanam dan lahan yang
sebagian lahan yang subur digunakan sebagai lahan tempat tinggal
masyarakat sekitar.
Sejak
saat itu Demang Joyo Sentiko memegang kekuasaan di daerah tersebut. Dan
semua masyarakat wajib mengumpulkan hasil panen nya kepada Demang Joyo
Sentiko yang akhirnya nanti akan diserahkan kepada Belanda. Dan sejak
saat itu, daerah tersebut dijajah oleh Belanda.
Itulah
desaku yang sangat aku rindukan & aku banggakan karena kondisi
alamnya yang masih asri, meskipun ada juga beberapa wilayah yng
pohon-pohonnya di tebang.
0 komentar:
Posting Komentar